Rabu, 20 November 2013

IBD dan ABJ



1. Apa pengertian IBD dan ABJ menurut para ahli?
1. Menurut Herskovits, ilmu budaya dasar adalah sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu                  generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
2. Menurut Andreas Eppink, ilmu budaya dasar adalah keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
3. Menurut Edward Burnett Tylor, ilmu budaya dasar adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
4. Selo Sumarjan dan Soelaeman soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat
5. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir
6. Menurut Krober dan Kluckhon, kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk didalamnya perwujudan benda-benda materi, pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi dan cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai. Ilmu Budaya Dasar memiliki perbedaan dengan Pengetahuan Budaya. Mungkin secara penulisan tidak beda jauh, tetapi secara pengertian bisa berbeda. Ilmu Budaya Dasar adalah pengertian umum tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dengan budaya. Sedangkan pengetahuan budaya adalah yang mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya.
7. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
8. Menurut Bronislaw Malinowski, Kebudayaan adalah keseluruhan kehidupan manusia yang integral yang terdiri dari berbagai peralatan dan barang-barang konsumen, berbagai peraturan untuk kehidupan masyarakat, ide-ide dan hasil karya manusia, keyakinan dan kebiasaan manusia.
9. R. Linton dalam bukunya yang berjudul The Cultural background of personality menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari sebuah tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu .
2. Jelaskan hubungan antara IBD dan ABJ dengan agama?
Adat dan agama islam adalah merupakan suatu jalinan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainya dengan titik berat pada agama yaitu adat yang bersendikan kitabbullah, sarak mengato, adat memakai.
Adat Jambi dan agama islam
Masarakat adat jambi sulit untuk meninggalkan adatnya dan sukar untuk tidak menerima agama islam, keduanya sama diperlukan dalam kehidupan mereka. Upaya menyesuaikan adat dengan agama dilakukan mana yang tidak bertentangan tetap dipegang tetapi yang bertentangan ditinggalkan, sehingga adat Jambi dikatakan “ adat bersendi syara dan syara bersendi kitabullah”
Masyarakat adat jambi bertekat untuk melaksanakan adat sejalan seiring dengan pelaksanaan syari’at agama dan menjadikan agama sebagai sumber tata nilai dan sistem nilaiyang membentuk sikap mental atau pola berpikirnya yang selanjutnya mempengaruhi polah tingkah lakunya (adatnya). Ini dikatakan dengan seloko “ Syara mengato,adat memakai”
Syarat adat yang diakui syara itu adalah:
1.      Muttarid (dilakukan berulang ulang, terus menerus teradap perbuatan yang sama)
2.      Mu’akis (dilakukan orang banyak, masyarakat bukan orang-orang)
3.      Tahqiq (kemashlahatannya bersifat pasti, bukan hayalan)
4.      Muwafiq lisysyar’i ( sesuatu dan tidak bertentangan dengan kaidah agama, lebih lebih dengan yang jelas disebutkan dalam Qur’an dan Hadis)
3.  Bagaimana fungsi dan peran IBD dan AbJ sebagai sumber pembentukan jati diri?
Fungsi dan peran Ibd Dan ABJ untuk pembentukan jati diri adalah sebagaimana yang telah di jelaskan di atas bahwa IBD berhubungan erat dengan agama, sehingga IBD bisa menjadi pedoman bagi seseorang untuk membentuk jati dirinya. Karena IBD  dan ABJ merupakn hasil pola pikir seseorang dalam hal penyesuaian diri seseorang pada perilaku hidupnya di masa yang akan datang baik dalam lingkungan sosial kemasarakatan atapun lingkungan keluarganya
4. Bagaiman sebaiknya sikap seseorang yang berdomisi di batang hari dalam pelaksanaan adat dalm keseharianya?
Sebagai orang yang orang yang berdomisi di batang hari sebaiknya mengikuti adat yang ada di batang hari, karena dengan mengikuti adat yang ada di batang hari ini maka kita sudah melestarikan budaya yang ada di tempat tinggalnya.
5. Bagaimana cara menyelesaikan masalah/kasus yang berkaitan dengan adat dalam keseharian?
Untuk menyelesaikan perkara atau kasus di jambi tedapat tiga tingkat peradilan adat. Yaitu
1.      Kerapatan tenganai
Kerapatan Tenganai merupakan peradilan adat tingkat desa yang terendah dan kerapatan ini terdiri atas 2 bentuk, pertama kerapatan tenganai beranggotakan tengganai dari satu perut, khusus untuk menyelesaikan sengketa dalam satu perut. Kedua kerapatan tengganai dari beberapa perut, berfungsi menengani masalah dan sengketa orang yang belainan perut.
2.      Kerapatan ninik mamak
Bila pihak yang berperkara tidak dapat menerima keputusan peradilan pertama maka persengketaan akan di upayakan penyelesaiannya pada kerapatan adat tingkat kedua ini kerapatan ninnik mamak mau menerima perkara yang diajukan jika perkara itu sudah di sidangkan dan diputuskan oleh kerapatan tengganai.
Kerapatan ninik mamak anggotanya terdiri dari seruruh ninik mamak yang ada dalam desa, satu atau dua orang pegawai syarak, orang tuo dan cerdik pandai yang sudah ditetapkan. Dalam sidang kerapatan ini akan dipimpin oleh ninik mamak yang tertuo.
Kepada kerapatan ini penggugat harus mengajukan banding sevara lisan atau tertulis dengan mengrmukakan alasan yang kuat atas kekerabatannya terhadap keputusan kerapatan tengganai. Sedangkan persyaratan lainnya yang mesti dipenuhi penggugat maaupun penggugat sama seperti pada kerapatan tengganai. Pegangan para ninik mamak dalam menyelesaian persengketaan tercemin dalam pepatah : kusut diselesaikan keruh dijernikan silang bepatut. Maksudnya silang sengketa yang timbul harus ditangani sevara tuntas, terhadap kesalahanharus dibetulkan perselisihan dirujuk kembali.

3.      Kerapatan Depati
Sekiranya keputusan kerapatan ninik mamak, masi dianggap berlum mencerminkan keadilan bagi pihak yang berpekara, pihak yang merasa di rugikan dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan dat tingkat tiga atau pengadilan adat tertinggi dalam desa yang disebut kerapatan Depati. Kerapatan ini anggotanya terdiri dari seluruh depati dalam sebuah desa, ditambah beberapa orang ninik mamak, pegawai syarak serta satu atau dua orang orang tuo dan cerdik pandai terpandang dan disegani. Persidangan pada kerabatan ini juga dipimpin oleh seorang depati tertua dan paling disegani. Proses pemeriksaan dan penyelesaian perkara hampir sama dengan tata cara yang dilaksanakan pada kerapatan ninik mamak dan kerapatan tengganai dan perbedaanya hanya pada landasan pemberian keputusan. Pada kerapatan depati keputusan didasarkan pada ketentuan hukum adat semata mata sifatnya tidak mendamaikan lagi, tetapi langsung memutuskan dasar bukti yang diajukan kedua belah pihak hal ini dinyatakan dalam pepatah adat :
            Memegal mutus
Makan habis
Yang arinya keputusan harus tuntas dan tegas berdasarkan kenyataan yang di temukan keputusan langsung diambil berdasarkan bukti bukti yang kuat dan tidak bisa di tawar tawar lagi

Metode Penugasan

A.     METODE PENUGASAN
(JOHNSON)
       Masalah penjadwalan (scheduling) merupakan masalah utama dalam penugasan pekerjaan (job assignment) penjadwalan optimal menunjukan adanya jumlah waktu terbuang atau menganggur (idle-time) yang minimal, dari tenaga kerja atau mesin yang digunakan untuk memproses atau pengerjaan terhadap berbagai pekerjaan tersebut. Salah satu metode penugasan (assignment method)  yang dapat digunakan untuk menentukan penjadwalan penugasan pekerjaaan adalah dengan aturan Johnson.
Aturan Johnson menurut chase et al. (2001 :593) memiliki tujuan untuk “ minimize the flow time from the beginning of the first job until the finish of the last”. Vengan aturan Johnson diharapkan dapat digunakan sebagai alat untuk membantu dalam menentukan jumlah waktu yang menimal, dalam arti optimal untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan

Prosedur Penyelesaian Dengan Aturan Johnson
Dalam menentukan penjadadwalan penugasan pekerjaan denganaturan johnson dibutuhkan langkah langkah penyelesaian sebagai berikut.
1.         List the operation time for each job on both machines
2.         Select the shortest operation time,
3.         If the shortest time is for the first machine, do the job first; if it is for the second machine, do the job last,
4.         Repeat steps 2 and 3 for each remaining job unitilthe schedulel is complete.
Jadi penyelesaiaan metode atau aturan johnson adalah. Pertama menentukan waktu operasi untuk setiap pekerjaan pada setiap mesin yang akan memproses pekerjaan tersebut. Dalam hal orang atau tenaga kerja yang mengerjakanny, berarti menentukan waktu pekerjaan setiap pekerjaan (job) atau order pada setiap tenaga kerja yang tersedia untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Kedua memilih waktu pengerjaan terpendek atau tercepat dari seluruh waktu pengerjaan ketiga menentukan jikawaktu tercepat terdapat pada mesin pertama, maka tentukan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan pertama pada mesin pertama . dan sebaliknya.
Keempat  mengulangi langka kedua dan ketiga, untuk memilih dan penentuan pekerjaan hingga seluruh pekerjaan terjadwal semuanya.
Uraian langkah langkah penyelesaian penugasan pekerjaan dengan mengunakan aturan johnson:
1.    Menentukan waktu operasi  atau pengerjaan untuk setiap order atau pekerjaan pada setiap mesin atau tenaga kerja yang akan memproses/mengerjakannya.
2.    Memilih waktu pengerjaan tercepat dari seluruh pekerjaan/order yang akan dikerjakan sampai waktu pengerjaan paling lama.
3.    Jika pekerjaan dengan waktu tercepat tersebut berada pada mesin atau tenaga kerja pertama ,tentukan pekerjaan pertama pada mesin atau tenaga kerja pertama.
4.    Menentukan penjadwalan pengerjaan untuk seruruh pekerjaan/order berdasarkan urutan priotas pengerjaan yang sudah di tentukan. Langkah yang terakhir ini menunjukan penjadwalan penugasan pekerjaan yang optimal.

B. METODE PENUGASAN
(HUNGARIAN METHOD)
Salah satu metode yang dapt digunakan dalam menentukan penugasan pekerjaan untuk sistem produksi yang bersifat intermittentatau discontinuous adalah dengan metode hungarian. Dalam kaitan dengan metode penugasan tersebut, Chase et al. (2001 : 595) menguraikan bahwa : “the assignment method is a special case of the transportation method of linear programming. It can be applied to situation where there are n supply sources and n demand use (such as five jobs on five machines) and the objective is to minimize or maximize some measure of effectiveess”.
Jadi metode penugasan merupakan suatu model tertentu ataubagian khusus dari metode transportasi  dalam programasi linear. Metode ini dapat digunakan salah satunya untuk menentukan alokasi pekerjaan terhadap pusat- pusat kerja, orang-orang terhadap pekerjaan tertentu, dan seterusnya .
 Metode hungarian sebagai salah satu metode penugasan mengasumsikan bahwa, harus terdapat kesesuaian antara sumber penawaran atau penyedian (supply sources) dengan kebutuhan atau permintaan (demand), dalam arti jumlah pekerjaan dengan mesin yang akan memproses pekerjaan tersebut bersesuaian yaitu seimbang (misalnya lima mesin untuk lima pekerjaan) dimana satu mesin hanya dapat memproses satu jenis pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, aturan ini tidak digunakan untuk menentukan penugasan pekerjaan pada satu mesin lebih dari dua pekerjaan pada waktu yang bersamaan.
Lebih lanjut Chase et al. (2001 : 595) menegaskan bahwah, metode penugasan dengan metode hungarian dinilai dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah yang yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.       There are n “things” to be distributed to n “ destinations”
2.       Each thing must be assigned to one and only one destination.
3.       Only one criterion can be used (minimum cost, maximum profit, or minimum completion time).
Pernyataan ini memperjelas uraian di atas yang memberikan karakteristik tertentu, sebagai asumsi penggunaan metode hungarian dalam penentuan penugasan pekerjaan.
Presedur Penyelesaian Dengan Metode Hungarian
Berikut adalah prosedur penyelesaian masalah penugasan pekerjaan dengan metode hungarian menurut Chase et al. (2001 : 595) :
1.       Subtract the smallest number in each row from itself and allother numbers in that row (there will then be at least one zero in each row)
2.       Subtract the smallest number in each columnfromall other numbers in that column. (there will then be at least one zero in each column)
3.       Determine if the minimum number of lines required to cover each zero is equal to n. If so, an optimal solution has been found, because job machine assignments must be made at the zero entries, and this test proves that this is possible. If the minimum number of lines reauired is less than n go to step 4.
4.       Draw the least possible number of lines through all the zeros. (these may be the same lines used in step 3 ) substract the smallest number not covered by lines from itself and all other uncovered numbers, and add it to the number at each intersection of lines. Repeat step 3.
Secara lebih sederhan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.       Identifikasi masalah, adalah mengetahui permasalahan penugasan yang di hadapi yaitu apakah memaksimalkan nilai berupa keuntungsn, penerimaan, manfaat; atau sebaliknya meminimalkan nilai berupa biaya , pengeluaran atau kereugian. Informasi mengenai data-data  yang diperoleh dapat di tabulasi sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk penyelesaiannya.
2.       Menentukan pengurangan baris, adalah berdasarkan data permasalahan penugasan setelah dilakukan transformasi untuk memaksimalkan, dan langsung tanpa transformasi untuk masalah meminimalkan.
3.       Menentukan pengurangan kolom, adalah berdasarkan data pengurangan baris untuk selanjutnya diketahui nilai terkecilnya pada setiap kolom.
4.       Melakukan uji optimal, adalah untuk mengetahui apakah tabel dari hasil pengurangan kolom sudah optimal. Apabila dari uji yang dilakukan sudah optimal maka pengerjaan selesai. Dan sebaliknya
5.       Revisi, adalah dibuat setelah diketahui dari hasil uji yang di lakukan belum optimal. Tabel hasil revisi kemudian diuji kembali untuk mengetahui optimalitasnya.
6.       Uji optimal kembali dilakukan terhadap hasil revisi, dan demikian seterusnya hingga diperoleh tabel yang menunjukan alokasi penugasan pekerjaan yang optimal.

C. METODE PENUGASAN
(METODE INDIKATOR)
Dalam hal tenaga kerja sebagai salah satu sumber daya atau aset perusahaan yang amat penting, seringkali memiliki keragaman kealihan (skills) sehingga penempatanya juga dalam pekerjaan disesuaikan dengan kealihan yang dimiliki. Demikian pula dengan alat dan peralatan atau mesin yang digunakan untuk memproses berbagai pekerjaan, disesuaikan pula dengan fungsi mesin dan kapasitas yang dimilikinya. Ketidak tepatan dalam penugasan pekerjaan baik kepada tenaga kerja maupun penentuannya tehadap mesin yang digunakanya, akan dapat menyebabkan ketidak efetifan dan ketidak efisienan penugasan pekerjaan menjadi suatu keputusan yang penting untuk dibuat metode tertentu sebagai alat (tool) dalam menentukan pengambilan keputusan. Salah satu metode yang dimaksud adalah metode indikator (indicator method). Metode indikator ini digunakan untuk menentukan penugasan terhadap pekerjaan kepada tenaga kerja atau alat peralatan/mesin yang akan digunakan dalam mengerjakan atau memproses pekerjaan-pekerjaan. Penggunaan metode indikator hanya sesuai untuk model sistem produksi yang terputus-putus (discontinuous system)
Metode indikator dalam menentukan penjadwalan penugasan pekerjaan, tidak menujukan pekerjaan mana yang harus dikerjkan terlebih dahulu dan mana yang dikerjakan kemudian, akan tetapi hanya mengetahui tenaga kerja mana yang yang akan mengerjakan pekerjaan atau order yang mana, sehingga penugasan yang dibuat menjadi optimal ditinjau dari waktu yang tersedia, yaitu penentuan penugasan pekerjaan (job assignment) untuk tujuan meminimalkan waktu menganggur (idle time)
Prosedur Penyelesaian Dengan Metode Indikator
Prosedur penyelesaian untuk permasalahan penugasan (assignment problems) dengan metode indikator, dapat menggunkan langkah-langkah sebgai berikut:
1.       Membuat tabel penugasan yang berikan tentang jumlah order/ pesanan, jumlah unit standar per jam, jam per pesanan, dan jam tenaga kerja/jam mesin yang tersedia.
2.       Menentukan nilai indikator yang menunjukan ukuran efesiensi dari setiap tenaga kerja, atau mesin dalam mengerjakan setiap order/pesanan
3.       Menentukan jam tenaga kerja yang digunakan.
4.       Menentukan penugasan pekerjaan optimal.

adat budaya jambi,

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang.
Adat istiadat suatu daerah yang merupakan bagian dari suatu negara, yang harus dicintai dan dilestarikan, karena memiliki peranan penting bagi persatuan dan kesatuan bangsa yang akan memperkokoh kedaulatan negara ini. Dan pemudalah yang memiliki peranan besar dalam melestarikan adat isitiadat ini agar tetap ada di masa yang akan datang,.
Adat istiadat Jambi yang memiliki pepatah “adat bersendi syarak, dan syarak bersendi kitabullah” yang menjunjung tinggi kekeluargaan, gotong royong, persatuan dan kesatuan juga sangat berperan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ironisnya, adat istiadat tersebut sebagian besar hanya dikuasai atau dipahami oleh orang – orang tua.  Hanya sebagian kecil pemuda yang memahaminya. Padahal kita tahu, waktu akan terus berjalan, masa pun akan berganti, dan di masa yang akan datang pemudalah yang akan memimpin daerah ini menggantikan golongan tua sekarang.

1.2.   Rumusan Masalah
1.      Bagaimana gambaran umum Adat Istiadat Jambi?
2.      Apakah pengertian adat istiadat jambi ?

1.3.   Tujuan dan manfaat
1.                  Ingin mengetahui gambaran umum Adat Istiadat Jambi.
2.                  Ingin mengetahui pentingnya adat istiadat jambi.
3.                  Mengetahui adat istiadat jambi


BAB II
ISI
2.1 . Pengertian Adat Istiadat
merupakan kebiasaan atau kesukaan masyarakat setempat ketika melaksanakan pesta, berkesenian, hiburan, berpakaian, olah raga, dsb. Terwujudnya adat-istiadat ini diibaratkan menanam tumbuhan yang tidak terlalu kuat pohonnya seperti kacang panjang dan lada, gadangnyo diambak tingginya dianjuang. Kacang panjang atau lada menjadi kuat batangnya hanya jika tanah di sekitarnya selalu (digemburkan) sehingga kandungan oksigen dalam tanah lebih banyak dan akarnya mudah menembus tanah. Pohon dapat berdiri tegak dan makin tinggi jika diberi kayu anjungan. Pada saat orang lupa mengambak dan mengajung, maka tumbuhan menjadi kerdil atau mati sama sekali. Demikian pula pelaksanaan adat- istiadat ini di tengah-tengah masyarakat.
2.2. Gambaran Umum Adat Istiadat Jambi
Undang  - undang adat Jambi, memuat aturan – aturan hukum adat istiadat masyarakat Jambi, khusus mengatur mengenai ketentuan hukum pidana adat ( Adat delicten recht ). Istilah ini tidak dikenal oleh kalangan masyarakat adat. Masyarakat adat hanya mengenal hukum pidana adat dengan istilah “kesalahan” atau “salah” dan “ sumbang” untuk menyatakan terhadap perbuatan yang bertentangan dengan hukum adat. Ada dua bentuk kesalahan atau sumbang yaitu kesalahan kecil atau sumbang kecil dan kesalahan besar atau sumbang besar.
Disebut kesalahan kecil atau sumbang kecil apabila perbuatan tersebut hanya mengakibatkan kerugian terhadap seseorang atau beberapa orang ( keluarga atau kerabat ), kesalahan besar atau sumbang besar apabila perbuatan itu merupakan kejahatan yang mengakibatkan kerugian dan mengganggu keseimbangan masyarakat adat secara keseluruhan.
Aturan – aturan hukum pidana adat tersebut sudah dikenal oleh masyarkat adat sejak dari nenek moyang sebelum Agresi Belanda masuk ke Indonesia.  
2.3. Contoh Adat Istiadat Jambi Dalam Upacara Pernikahan
1.      Masa Perkenalan
Suatu pernikahan diawali oleh perkenalan ataupun pergaulan muda mudi yang waktu dan tempatnya bermacam-macam seperti, pada waktu berselang, nebas nugal, nandur, merumput, berselang nuai, ngirik, numbuk padi, gotong royong, pada waktu acara perhelatan, perayaan tujuh belas Agustus, Maulid Nabi dan sebagainya, arena pergaulan bujang gadis. Masa ini disebut juga masa berusik sirih bergurau pinang. Agar pergaulan mereka masih berada dalam batas-batas pergaulan yang sesuai dengan adat istiadat maka para orang tua perlu mengingatkan beberapa ketentuan sebaga berikut: · Dalam rangka semata-mata mencari jodoh yang sekupu, sesuai, serasi, selaras dan seimbang, maka putra dan putrid yang telah masuk maso bujang dan maso gadis, dibolehkan saling bertemu untuk berusik sirih bergurau pinang.


2.      Duduk Betanyo
Untuk melakukan pendekatan lebih lanjut hubungan muda- mudi kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan, maka dari pihak orang tua laki-laki mengutus kelarga untuk menanyakan kepada pihak perempuan, mengenai keadaan apakah yang permpuan sudah ada yang punya tau belum dan sebagainya, yang dinamakan duduk bertanyo, atau ada yang menyebutnya duduk betanto tegak betuk, atau sirih tanyo pinang tanyo. Apabila telah terdapat kesepakatan, maka didudukkan atau diletakkan tando sesuai dengan eco pakai setempat, atau disebut juga bertimbang tando.
3.       Mengisi Adat Menuang Lembago
 Pada hari yang telah ditetapkan bersama, maka dilaksanakan upacara mengisi adat menuang lumbago, atau disebut juga hari ulur antar serah terima adat. Adapun adat dan lembago itu ada dua macam, yaitu adat lumbago yang penuh dan adat lumbago yang minimal.
4.       Hari Pernikahan
Hari pernikahan, dan hari peresmian pernikahan atau hari perhelatan atau hati labuh lek, telah disepakati pada waktu perundingan setelah lamaran diterima oleh nenek-mamak dari pihak perempuan. ada yang dilangsungkan pada hari mengisi adat menuang lembago, yaitu setelah upacara ulur anatar serah terimo adat dan lembago, ada pula yang menetapkan hari yang lain. Kalau telah disepakati oleh kedua belah pihak bahwa hari pernikahan/ijab kabul dilakukan pada hari yang sama,maka setelah selesai upacara ulur antar serah terima adat dan lembago, pihak pengantar akan berpantun, demikian bunyinya: Dari Muaro Buat ke Batang Asai singgah berhenti di kebon para kerjo adat sudah selesai kami menunggu kerjo syara'
5.       Ulur Antar Serah Terima Pengantin (Labuh Lek)
 Pada hari perhelatan peresmian pernikahan, pada jam yang telah ditentukan, pengantin laki-laki diantar oleh nenek-mamak dan tuo tengganai serta arak dengan iringnya kerumah penganti perempuan. Setelah sampai dihalaman rumah pihak pengantin perempuan maka diulailah pelaksanaan upacara ulur antar serah terima pengantin, yang dilaksanakan oleh nenek mamak tuo tengganai dari pihak pengantin laki-laki yang disebut pengantar kepada nenek mamak dari pihak pengantin permpuan sebagai penunggu. Upacara Ulur Antar Serah Terima Pengantin baru dapat dselesaikan dan diterima olek kedua belah pihak setelah rundingan diputuskan oleh pihak penengah. Selanjutnya baru pengantin dipertemuka dan didudukan pada tempatnya, kemudian dilakukan tunjuk ajar oleh ketua adat, terakhir diumimkam melalui Iwa. upacara ini juga disebut sebagai Upacara sedekah labuh lek

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adat Istiadat Jambi adalah adat istiadat yang berprinsip “ Adat bersendi sarak dan sarak bersendi kitabullah “ yang maksudnya adat istiadat ini berdasarkan Al Qur’an. Adat Istiadat Jambi juga sarat akan nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, persatuan dan kesatuan. Yang sangat bermanfaat dalam menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa.

3.2. Saran
Kita sebagai generasi muda adalah calon pemimpin di masa yangaakn datang. Untuk itu, mari kita lestarikan Adat Istiadat Jambi ini agar tetap ada dan tidak punah sebagai warisan untuk anak cucu kita. Kita jadikan Adat Istiadat itu pedoman untuk menjadi pemimpin yang baik untuk membawa kemaslahatan daerah ini.
Mulai sekarang mari kita peduli akan Adat Istiadat Jambi, karena Adat Istiadat kita sarat akan nilai-nilai positif yang berguna bagi persatuan dan kesatuan Bangsa.